Kluetrayanews.com – BANDA ACEH - Gubernur Aceh Irwandi Yusuf bersama Ketua Partai Aceh, Muzakir Manaf terbang bersama menuju Simeulue dengan menggunakan pesawat Shark milik Irwandi, Kamis (20/7).
Irwandi bersama Mualem sapaan akrab Muzakir Manaf berangkat di kabupaten itu dalam rangka melantik Bupati dan Wakil Bupati Simeulue terpilih, yakni Erli Hasyim-Afridawati.
Dikutip langsung dari halaman Facebook Irwandi Yusuf, pesawat Eagle One yang dipiloti langsung oleh Irwandi itu mendarat mulus di Bandara Lasikin Simeulue jelang pukul 09.30 WIB, Kamis (20/7).
Perang telah berakhir sejak 15 Agustus 2005, damai menginjak 11 tahun terasa. Namun, dinamikanya berubah warna. Eks Kombatan terbelah menjadi dua, kubu Partai Aceh dan kubu Partai Nasional Aceh. Figur yang memegang kuasa ialah dua tokoh penting di masa geriliya. Muzakir Manaf yang akrab di sapa Muallem yang menjadi Panglima, kini beralih menjadi Ketua Umum Partai Aceh. Selanjutnya Irwandi Yusuf, Staf Ahli Propaganda GAM menjabat Ketua Umum Partai Nasional Aceh.
Sejak rekonstruksi dan peralihan Aceh dengan hasil MOU Helsinki, perjuangan memakmurkan Aceh beralih pada tahapan perjuangan politik. Pada awalnya mereka eks petinggi GAM bersatu dalam bingkai Partai Aceh.
Setelah Eks Petinggi GAM yakni Irwandi Yusuf menjadi Gubernur Aceh pasca MOU, pemahaman pandangan politik terus berubah. Nuansa ini beralih ketika Irwandi Yusuf Cs maju mencalonkan diri kembali, dan membuat Partai Nasional Aceh yang di ikuti 13 panglima wilayah bersamanya.
Dalam perjalan dinamika politik Aceh dewasa ini. Partai Aceh di bawah Muzakir Manaf terus berkuasa di parlement, baik itu DPRK dan DPRA. Keadilan dan keganduhan di Aceh berdarah kembali karena ketidak sejahteraan rakyat sangat minor, terkesan hanya dinikmati golongan tertentu. Sementara Janda korban konflik dan Anak yatim serta Duafa bahkan eks kombatan GAM jauh ketinggalan. ' Pungkas : Thahyyatul
Sofida, S.TH, Kepada Kluetrayanews.com.
Perbedaan yang menggambarkan eksistensi perjuangan seakan hanya satu parpol lokal saja. Padahal MOU menjamin itu dalam UUPA. Kisruh ini membuat persatuan seluruh perjuangan dan kesolidan bangsa Aceh semakin ter pecah-pecah.
Terlepas dari sudut pandang Politik, yang sarat kepentingan untuk memenangkan Pileg dan Pilkada. Dinamika politik atau propaganda semakin membuat masyarakat Aceh resah melihat kubu elit mantan perjuangan Aceh menggambarkan perbedaan yang mencolok seakan perang saudara berdentum di tanoh endatu.
Pilkada serentak 2017 menandai netralitas kekuasaan di Aceh. Suksesnya penyelenggaraan pilkada ini tidak terlepas dari semangat saling menjaga dan kesiapan aparat keamanan dan peran penting pemerintahan pusat.
Aceh yang di pimpin Zaini Abdullah dan Muzakir manaf berakhir, setelah suara mereka dibawah payung Partai Aceh preode 2012 - 2017 berhasil Menjadikan keduanya Gubernur dan Wakil Gubenur Aceh di tahun 2012 Pasca MOU.
Pilkada Aceh antara PA dan PNA, antara Irwandi dan Muallem menjadi perbincangan hangat di dunia nyata dan dunia maya. Hal ini dikarenakan eks perjuang Aceh kembali menjadi rival dalam belantika politik Aceh. Saat kampanye berlangsung, pengusung dan simpatisan juga orator politik menjadi buah hujatan di masing-masing kubu.
Penulis Thahyyatul Sofida, S.TH, melihat sikap kedewasaan dan pembelajaran bagi penulis pribadi dan rakyat Aceh. Bahwa kekalahan Muallem dalam pilkada ini bukanlah akhir bagi politik dalam Partai Aceh, dan kemenangan Irwandi Yusuf (BW) bukanlah hiforia bagi PNA. Tetapi eksistensi kemenangan dan persatuan Aceh lah yang menjadi sifat urgensial di atas kepentingan apapun.
Pasca pilkada usai, Irwandi dan pasangannya Nova iriansyah unggul. Sesuatu yang istimewa mewarnai rakyat Aceh. Hal yang sangat langka dipertontonkan oleh kedua publik figure barometer politik lokal, dari sudut pandang perjuangan barang kali terfikirkan oleh masyarakat bahwa Irwandi-Muallem adalah rival abadi terbantahkan. Pasca pilkada Irwandi-Muallem duduk semeja dan pertemuan itu sungguh Mengejutkan mata netizen dan rakyat pada umumnya. Suasana panasnya pilkada berubah drastis menetralisir antar pendukung dan pengusung. Barometer melebur membawa angin kesejukan bagi seluruh rakyat Aceh.
Foto-foto kedua-nya, menjadi buah komentar halaman Medsos serta topik utama dimedia Online dan Cetak. Tak lupa juga buah pembicaraan di warung kopi. Lambat laun, kedekatan mereka terus terlihat, dan menarik untuk disimak.
Pelantikan Irwandi Yusuf seluruh elit politik hadir, Wali Nanggroe, Presiden dan masyarakat lainnya menyambut pemimpin lama bergaya baru.
Semoga peran penting kedua tokoh ini, mampu membawa Aceh ke arah yang lebih baik, ' Pungkas Thahyyatul Sofida, S.TH.
Oleh Thahyyatul Sofida, S.TH. Penulis Adalah Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Ar-Raniry, Semester Akhir.
Saat ini ia Aktif Mengamati Politik Dibawah komunitas Gerakan Tangan Rakyat.
0 komentar:
Post a Comment