Kluetrayanews.com - Kluet Tengah adalah sebuah kecamatan yang tergabung dalam wilayah kabupaten Aceh Selatan. Kluet tengah beribukota Menggamat yang terletak di tengah salah satu hutan lauser aceh, daerah ini kehidupan masyarakatnya sangat kuat dengan “Reusam” (adat istiadat) daerah ini juga ada beberapa suku yang mendiami kecamatan seperti suku Aceh asli, Suku Kluet dan suku Aneuk Jamee dan semuanya sudah membaur erat dengan masyarakat sekitar sehingga banyak terlahir adat budaya yang beragam.
Walaupun dalam hal adat masih tetap berlaku aturan adat asli aceh, namun ada diantaranya telah terjadi pembauran dengan adat Reusam Kluet yang dianut oleh suku kluet sebagai suku mayoritas dikecamatan Kluet Tengah.
Setiap acara yang melibatkan pengurus Adat dan Hukum pada suku kluet di Kabupaten Aceh Selatan sangat unik serta mengandung makna yang mendalam disetiap prosesinya. Seperti halnya dengan prosesi Khitan ( Sunat Rasul ), Sejak awal hingga akhir harus diperhitungkan sebaik mungkin oleh tuan rumah dan kemudian harus disetujui oleh pimpinan Adat dan Hukum sehingga pelaksanaan acara tersebut nantinya berjalan dengan baik.
Bukan berarti ada tindakan semena-mena yang dilakukan oleh pimpinan adat dan hukum sehingga harus disetujui atau tidak, namun semua itu erat kaitannya dengan kebiasaan masyarakat. Intinya begini, Jika pimpinan adat dan hukum telah menyetujui acara khitan tersebut maka seluruh masyarakat gampong (desa) pun akan mendukung dan ikut serta membantu pihak tuan rumah dari awal hingga akhir acara yang memakan waktu hingga 3 minggu itu.
Adapun nama-nama prosesi acara khitanan di Aceh Selatan banyak menggunakan bahasa minang kabau yang telah dibaurkan dengan bahasa aceh dan bahasa kluet, namun kurasa orang minang pasti mengerti juga. Baiklah saya akan melampirkan arsip foto untuk melengkapi postingan tentang Tradisi khitan di kluet aceh selatan.
1. Nenok Wari Menentukan Hari
Acara duduk atau musyawarah kalau bahasa Kluet nya Nenok Wari ini untuk menentukan kapan dimulainya sebuah hajatan.
Sebelum melaksanakan kenduri Sunat Rasul (khitan), pihak keluarga melakukan musyawarah dan mufakat dengan keluarga dekat yang disebut dengan Nenok Wari. Peran daripada Nenok Wari itu sangat vital dalam musyawarah itu dan tetap harus dilibatkan.
Nenok Wari dilakukan untuk menetapkan tanggal, hari dan bulan acara yang akan dilaksanakan. Setelah kesepakatan ditetapkan maka selanjutnya pihak keluarga menyiapkan persiapan, salah satunya mengutus salah satu dari yang bersangkutan untuk menghadap kepada pimpinan adat dan hukum serta mengabarkan hasil musyawarah tadi. Kemudian pihak adat dan hukum akan membahasnya, jika sudah disetujui maka tahapan selanjutnya akan dilaksanakan.
2. Majok Pande/Senambat Mempersiapkan tempat acara
Para pemuda sedang memasang tempat tenda (teratak) dipekarangan rumah
Setelah waktu ditetapkan oleh pimpinan adat dan hukum, masyarakat yang diundang oleh tuan rumah (pemuda dan pemudi) bantu membantu melakukan persiapan untuk acara sunatan rasul (khitan) dirumah yang punya kenduri (pesta).
Adapun proses persiapan itu akan dipimpin langsung oleh ketua pemuda setempat, tugas pemuda adalah memasang tempat (teratak) dan juga membantu kaum ibu untuk memasang langit - langit didalam.
Sementara tugas kaum pemudi dan kaum ibu adalah memasang perlengkapan didalam seperti malut dinding (memalut dinding), memasang bante mesusun dan mengatur letak gabak - gabak (simbol adat) agar sesuai dengan nilai adat yang dikandung, hal ini akan diatur oleh seseorang yang mengerti simbol-simbol adat. Jadi, tidak sembarangan memasangnya gan.
3. Tandok Seamparan, Musyawarah Dengan Masyarakat
Warga hadir dan berkumpul dirumah kenduri untuk mendengarkan wejangan dari Pemimpin adat dan hukum
Tandok seamparan merupakan acara vital yakni duduk bersama dengan segenap masyarakat desa terutama dengan pimpinan adat dan hukum serta perangkat-perangkat gampong (desa) lainnya.
Acara ini biasanya dilaksanakan setelah usai shalat isya. Seluruh masyarakat gampong (desa) datang beramai - ramai ke rumah kenduri ( tempat pesta) sambil membawa buah tangan berupa sekilo gula pasir atau amplop berisi uang sekedarnya untuk disumbangkan kepada tuan rumah.
Prosesi ini juga memberitahukan kepada masyarakat bahwa pimpinan adat dan hukum telah menyetujui acara kenduri tersebut sehingga masyarakat sudah berkewajiban untuk saling membantu karena dalam acara ini pihak tuan rumah akan menyerahkan secara resmi segala urusan dapur kepada masyarakat untuk dikelola sebaik mungkin selama acara kenduri ini berlangsung. Jadi nantinya, mengenai makan dan minum undangan semua sudah dibawah kendali orang dapur ( ada ketuanya ) untuk menghidangkan.
4. Mekacar Atau Memakai Inai
Remaja putri sedang meletakkan inai dijari Anak Senat
Mekacar atau memakai inai (kacar) di sekitar ujung jari tangan kaki pada Linto yang akan disunat rasul (khitan), kegiatan ini dimulai dari malam tandok seamparan setelah tamu pulang hingga tiga malam berturut-turut.
Mekacar biasa dikerjakan oleh perempuan-perempuan remaja yang masih memiliki hubungan famili maupun tetangga dengan anak senat untuk memasang ditangan.
Anak Senat adalah sebutan kepada mempelai pria dan kepada anak lelaki yang akan dikhitan
5. Tepung Tawar/Peusijuk
Prosesi Tepung Tawar atau acara peusijuk
Tepung Tawar adalah prosesi peusijuk pemberkahan secara adat terkadang disebut juga dengan acara mobokon kacar mengantarkan inai dan perlengkapan lainnya oleh ibu - ibu kepada linto.
Prosesi ini biasanya akan dilaksanakan satu hari setelah malam tandok seamparan. Tepung Tawar ini dilakukan oleh beberapa pihak keluarga terdekat atau yang memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga yang menyelenggarakan acara.
Acara Tepung Tawar ini sifatnya seperti utang tersirat artinya pihak tuan rumah yang sudah mendapatkan perlengkapan Tepung Tawar ini dari tamu atau keluarga dekat, berkewajiban melakukan hal yang sama pula pada saat pihak Teoung Tawar yang lain akan menyelenggarakan acara sunat rasul maupun acara pernikahan. Balas berbalas lah pokoknya. hahaha..
Prosesi ini biasa dilaksanakan selama tiga hari sebelum Anak Sunatan dikhitan.
6. Alongan Hari Orang Datang
Kaum ibu sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk memasak.
Sedangkan Kaum bapak pun ikut berpartisipasi di bagian dapur, tapi khusus pada bidang memasak nasi
Maksud dari prosesi ini adalah dimana para ibu-ibu baik itu tetangga maupun dari luar gampong yang diundang datang beramai-ramai membantu menyiapkan persiapan untuk acara puncak pada keesokan harinya.
Hal yang akan dilaksanakan pada prosesi ini antara lain mempersiapkan masakan untuk dimakan bersama nantinya. Pada prosesi ini kebanyakan yang datang adalah kaum ibu, dengan membawa buah tangan seperti gula atau kado yang nanti diserahkan pada keluarga tuan rumah.
Setelah menyerahkan kado tersebut maka ibu - ibu tadi ikut membantu mempersiapkan masakan didapur. Bagi ibu-ibu yang sudah tua nenek-nenek biasanya membantu mempersiapkan sirih bersusun dan keperluan lain yang berkaitan dengan prosesi puncak keesokan harinya.
Prosesi ini hanya melibatkan tamu-tamu dalam lingkar gampong (desa) saja.
7. Petasak Hari Puncak
Tamu undangan yang datang dari jauh dijamu untuk makan bersama oleh pihak tuan rumah.
Pada hari tersebut tuan rumah telah memperisapkan jamuan makanan dan minuman) kepada para tamu undangan yang datang kerumah untuk mengucapkan kata-kata selamat dan bersalaman dengan Anak Senat khitan dan orang tuanya.
Jika kemaren yang datang adalah tamu-tamu dalam lingkar gampong saja, maka pada hari puncak ini, yang datang menghadiri merupakan undangan dari jauh dan tamu undangan dari dinas. Biasanya para tamu akan dihibur oleh hiburan - hiburan seperti tarian atau sekarang paling sering dihibur dengan musik Canang musik dari kaleng-kalengan.
Dihari tersebut merupakan hari dimana Anak Senat akan melaksakan proses khitan.
8. Ridi Bo Lawe, Mandi ke sungai/bersiram air dalam janur
Anak Senat atau anak sunatan dimandikan oleh pihak keluarga dengan menggunakan air yang diguyur via anyaman janur kuning
Prosesi ini dilakukan sekitar jam 2-3 siang. Acara ridi bo lawe adalah memandikan si Anak Senato dengan air dalam janur kuning, acara ridi bo lawe ini akan dipimpin oleh ibu kepala desa kepada si anak senat secara bergiliran dilaksanakan hingga terakhir si Anak Senat akan dimandikan oleh kedua orang tuanya.
Biasanya diacara ini akan disertai dengan alunan selawat dan tarian Hasyem Meulangkah. Sebelum prosesi ridi bo lawe ini, si Anak senat akan terlebih dahulu dipangkas rambutnya oleh orang pilihan dari keluarganya.
8. Nyerah/Menyerahkan ke Mudim Tukang Khitan
Prosesi Peusijuk ketika orang tua menyerahkan anak senat ke mudim tukang khitan
Proses ini menyerahkan ke Mudim dilakukan setelah acara ridi bo lawe, Anak senat kembali menggunakan pakaian adat aceh. Acara ini merupakan proses penyerahan anak dari orang tua ke mudim ( Tukang Khitan) dengan tujuan agar dalam proses khitan nanti si Tukang Khitan akan menjamin dan menjaga keselamatan si Anak senat seperti menjaga anaknya sendiri. Dalam sesi itu juga diadakan makan bersama antara si anak senat dengan Mudim (Tukang Khitan)
9. Mato Senat Khitan
Setelah serangkaian acara diatas, barulah masuk pada pokok acara yaitu Khitan. Acara yang mendebarkan hati ini biasanya berlangsung setelah para undangan sudah pulang dan tinggallah sanak famili yang menunggu acara utama, biasanya proses khitan berlangsung sekitar sore hari. Waktunya akan ditentukan oleh mudim ( tukang khitan ) menurut ilmu alam yang dimilikinya.
10. Nyagoi Anak Senat berjaga malam untuk Anak Senat
Para pemuda ikut menjaga anak senat yang sudah selesai di khitan, nyagoi anak senat merupakan tradisi yang dilakukan oleh pemuda untuk menjaga si anak senat pasca khitan. Setelah khitan, si anak senat tidak boleh melakukan aktivitas yang bebas, hanya boleh tidur untuk mempercepat penyembuhan luka.
Dalam proses penyembuhan inilah para pemuda akan berjaga dimalam hari selama tiga malam untuk melayani si sakit sampai fajar. Selama berjaga para pemuda melakukan aktivitas dengan bermain catur, bercerita dan aktivitas lainnya supaya tidak tertidur. Terkadang Linto dan warga sekitar dihibur oleh beberapa acara seperti tarian Seudati, & Debus. Hiburan tersebut tergantung pada kemampuan tuan rumah untuk mengadakannya.
11. Mukoi Balut Membuka Perban Luka Khitan
Prosesi ini dilaksanakan setelah dua atau tiga hari si anak senat selesai dikhitan. Pada sesi ini anak senat akan menjalani acara yang disebut mukoi balut (pergi ke sumur dan melepaskan perban dikelamin yang telah di khitan).
Anak senat akan dikawal oleh pamannya atau familinya membantu melepaskan perban tadi. Biasanya dilakukan setelah matahari naik, sekitar jam 9 pagi.
Pada siang harinya, dilaksanakan pembacaan doa yang dipimpin oleh salah satu ulama mesjid dan juga anak senat akan makan siang bersama dengan anak yatim.
11. Mido Izin Pembubaran Panitia
Acara ini adalah prosesi berkumpul kembali pimpinan adat dan hukum serta masyarakat dengan tuan rumah.
Pada sesi ini tuan rumah menyampaikan ucapan terima kasih kepada masyarakat karena telah membantu mempersiapkan kenduri pesta dari awal hingga akhir dengan lancar.
Setelah makan bersama maka pihak tuan rumah mengeluarkan empat buah jambar nasi tumpeng. Jambar tersebut akan diserahkan secara adat kepada perangkat adat dan hukum, ketua Pemuda, orang dapur telah ditentukan.
Sementara satu jambar terakhir diserahkan kepada ketua kaum ibu yang telah membantu mempersiapkan perlengkapan adat.
Acara mido izin ini biasa berlangsung pada malam hari setelah shalat Isya dan sekaligus sebagai tanda berakhirnya sebuah kenduri (pesta) di gampongku di Kecamatan Kluet Tengah dan Aceh Selatan pada umumnya.
Begitulah sederetan prosesi dari tradisi Khitan dikecamatan Kluet Kebupaten Aceh Selatan. Dalam hal melayani undangan biasanya dijamu dengan hidangan dalam talam atau Baki.
Namun belakangan ini tradisi menjamu sudah mulai digantikan dengan istilah adat perancis. Dimana tradisi ini merupakan adat barat dimana para undangan datang, makan dan pulang. So, mari melestarikan adat istiadat yang diwariskan nenek monyang kita sebagai penghargaan/bukti bahwa mereka pernah ada.
Sumber : http://kluetpictures.blogspot.co.id/2017/01/adat-istiadat-suku-kluet-aceh-selatan.html
0 komentar:
Post a Comment