Kluetrayanews.com - Saat ini, negara kita sedang “kebanjiran”
politisi dadakan yang berasal dari berbagai latar belakang dan disiplin ilmu. Lihat
saja, hampir setiap hari mereka muncul di media massa maupun di media sosial
melalui tingkah laku dan opini politik yang sangat beragam.
Namun, amat disayangkan, kebanyakan dari mereka memiliki
kualitas yang rendah serta strategi berpolitik yang “norak” dan kampungan.
Hal ini terlihat
dari pola pemikiran mereka yang cenderung sektarian, berbau SARA dan penuh
intrik politik busuk, yang justru membuat kita merasa “geli” dan menjadi
“mual”.
Mereka menjadi
terkenal karena mengusung jargon politik yang dipenuhi oleh rasa dendam,
mungkin akibat dampak hasil pemilu 2014 dulu.
Mereka menjadi
populer karena dibesarkan oleh media yang tidak lagi konsisten dalam mengawal
demokrasi di negeri ini. Media-media ini hanya mengejar rating dan mengabaikan
fungsi utama sebagai sarana penyebar informasi yang benar dan akurat serta
sebagai salah satu tonggak pemersatu bangsa.
Kebanyakan dari
mereka adalah kaum oposisi dan berada dalam posisi berseberangan dengan
pemerintah. Mereka selalu menebar isu dan memelintir fakta menjadi fitnah dalam
upaya menggiring opini publik untuk menyalahkan setiap kebijakan pemerintah
yang pro rakyat.
Akibatnya,
masyarakat menjadi terbelah dua. Sebagian kecil rakyat yang termakan hasutan
para politisi culas, akan menjadi pengikut mereka. Menelan bulat-bulat semua
berita dan pendapat yang mereka sampaikan. Ikut meng-share berita provokatif
murahan.
Para politisi
karbitan maupun politisi jaman purbakala dan para pendukungnya selalu menunggu
kesempatan untuk “menghajar” pemimpin yang sedang berkuasa. Salah satu yang
paling efektif menurut mereka adalah memainkan isu SARA dan ideologi terlarang.
Hmmm…
Mereka lupa atau
pura-pura lupa bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini didirikan
oleh para pendahulu kita berdasarkan Pancasila (Sila Pertama : Ketuhanan Yang
Maha Esa) dan Bhinneka Tunggal Ika.
Oleh sebab itu isu perjuangan, sudah tidak laku lagi dijual. Kalaupun ada yang berminat,
pembelinya adalah para “kaum terbelakang” dan hanya laku di pasar loak saja.
Rakyat kita sudah “melek” politik. Mereka tidak akan bersimpati kepada politisi
yg mengangkat kedua isu picisan.
Jikalau para
politisi atau anggota dewan tidak suka dengan pemimpin saat ini, maka seharusnya mereka melakukan
sebanyak-banyaknya kegiatan positif dan bermanfaat bagi masyarakat, melakukan
aktifitas yang mengangkat derajat dan memuliakan kehidupan rakyat banyak.
Atau jika tidak
sanggup, tunjuklah calon yang dianggap lebih baik, lebih jujur, lebih tegas dan
lebih merakyat. Tunggu pemilu selanjutnya 2019 mendatang dan berjuanglah untuk menang.
Jangan cuma bisa
mencari kelemahan pemimpin yang berkuasa saat ini, namun mengabaikan persaingan
yang sehat dan bermutu.
Jika tidak mampu
bersaing secara cerdas dan fair, diam saja, jangan memprovokasi dan mundurlah
dari percaturan politik nasional.
Bermimpi menjadi
politisi cerdas… Tidak peduli dikatakan pemalas… Tebalin muka walau
dibilang tidak pantas… Yang penting dikasih mobil berkelas… Diamplopin setumpuk
duit kertas… Doyan lobster daripada beras… Katanya perut bisa mulas… Komitmen
abu-abu, namun penghasilan jelas… Saat diciduk, pasang muka memelas…
Bertobatlah dan bekerjalah lebih keras… JADILAH POLITISI CERDAS…!!!
Sumber : obrolanbeken.wordpress.com
0 komentar:
Post a Comment