Asa Gampong Alurmas Kluet Utara Menjadi Lumbung Padi, 28 Tahun Tertimbun Longsoran dan Tak Teraliri Air Irigasi

Keuchik Gampong Alurmas, Zainal Abidin sedang memperlihatkan kondisi jaringan irigasi yang kering

KLUETRAYANEWS.com, KLUET UTARA - Sudah sejak tahun 1992, warga gampong Alurmas Kecamatan Kluet Utara kabupaten Aceh Selatan tidak dapat menikmati keberadaan jaringan saluran irigasi untuk mengairi sawah di gampong tersebut. Akibatnya lahan persawahan seluas 100 hektar itu tidak dapat berproduksi dengan maksimal lantaran ketiadaan pasokan air yang mencukupi.

Keberadaan saluran irigasi yang dibangun sejak tahun 1991 itu hanya sebagai pelengkap saja, namun fungsi dan manfaatnya tidak dapat dirasakan warga petani. Pasalnya sejak tahun 1992 material longsor yang menimbun jaringan saluran irigasi itu tak kunjung dibersihkan, bahkan terkesan dibiarkan hingga puluhan tahun. Sehingga mengakibatkan jaringan saluran irigasi yang membentang dari Gunung Pudung melewati dusun Alupunti dan Dusun Tengah Alurmas ini mengalami rusak parah.

Kondisi jaringan saluran irigasi yang tertimbun longsor sejak 1999 lalu

Pun demikian, warga gampong Alurmas tetap berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan sumber air agar sawah mereka dapat berproduksi, banyak cara yang telah ditempuh, dari meminta bantuan pemerintah hingga gotongroyong dilakukan agar air dapat mengairi persawahan mereka.

Hal ini dikeluhkan Keuchik Gampong Alurmas, Zainal Abidin, betapa tidak persoalan yang tergolong urgent untuk petani itu tak kunjung mendapat titik temu hingga saat ini, sementara banyak petani semakin pesimis dalam menghadapi hal itu.

Ia menuturkan, jaringan saluran irigasi yang terletak di Gampong Gunung Pudung untuk mengaliri air ke Gampong Alurmas bukan diakibatkan oleh minimnya perhatian petani terhadap kebersihan saluran, namun hal yang sama sekali tidak tertanggulangi adalah timbunan material longsor yang sudah sangat lama.

“Hal itu diperparah lagi peristiwa longsor pada tahun 1999, masyarakat bersama pasukan BKO Yonif Siliwangi melakukan pembersihan, namun karena keterbatasan tenaga hal itu tidak membuahkan hasil,” ujarnya kepada tim Liputan di Alurmas (27/2)

Ia menambahkan sejak saat itu petani mulai melakukan penanaman dengan sistem tadah hujan dan memanfaatkan sumber air pegunungan untuk mengairi sawah mereka, padahal menurutnya area sawah di gampong Alurmas memiliki luas 200 hektar lebih.

“Dengan luas lahan dan didukung oleh sarana penunjang yang baik, maka dapat dipastikan gampong Alurmas akan menjadi lumbung padi bagi kabupaten Aceh Selatan,” ucapnya.

Inilah sumber air yang dimanfaatkan petani Alurmas untuk mengairi sawah mereka

Ia menerangkan, dengan semangat gotong-royong lah selama ini petani masih tetap dapat mengolah lahan sawah mereka, tanpa menunggu penanggulangan dari pemerinatah, sehingga setiap musim ke sawah para petani melakukan pembersihan-pembersihan di saluran irigasi yang ada, dengan harapan agar air dapat mengairi sawah mereka.

“Tapi semuanya percuma dan sia-sia, sebab persoalan bukan pada jaringan irigasi di bawah, akan tetapi material longsoran yang sudah puluhan tahun itu tak pernah terganggulangi, kami petani selama ini melakukan masa tanam setiap tahun melalui gotong royong dengan mengairi air ke sawah dengan menggunakan pompa air yang disewa serta memanfaat kan air pegunungan, bukan air dari irigasi seperti yang diberitakan selama ini,” timpalnya.

Ia mengatakan jika ada pihak yang mempersoalkan masalah elevasi (ketinggian sawah) itu sangat tidak berdasar, sebab letak sawah bahkan di bawah ketinggian dasar jaringan saluran irigasi.

“Dasar saluran irigasi saja masih diatas lahan sawah, dan posisi sawah lebih rendah dari gampong Gunung Pudung, ditambah lagi masyarakat kami selalu melakukan gotong royong, sehingga menurut hemat kami jika ada yang berteori dengan elevasi dan kerjasama petani itu kesalahan fatal, jika mau melihat faktanya silahkan langsung melihat kondisi disini,” ucapnya lagi.

Selain itu hingga saat ini Keujreun Blang sudah tidak yang mau menjabat lagi, lantaran ketiadaan honor yang diberikan pemerintah untuk mereka, semua meninggalkan jabatan tersebut.

“Tidak ada yang mau menjadi Keujreun Blang, lantaran tidak jelasnya insentif yang diberikan pemerintah, rencananya ke depan kami akan melakukan pemilihan keujreun blang yang baru,” terangnya.

Hal senada juga diutarakan salah seorang petani. Fauzi, ia menyayangkan ketidak pedulian pemerintah Aceh Selatan terhadap nasib yang menimpa petani saat ini.

“Jika musim panas seperti ini apa yang bisa kami harapkan, sumber air pengunungan sudah mengecil, hujan tidak turun, jadi mau tidak mau kami harus cangkul sawah yang mulai kering ini,” tuturnya sambil menunjukkan lahan sawah.

Seluas 100 hektar lahan sawah di Alurmas alami kekeringan

Untuk itu, para petani beserta Keuchik gampong Alurmas berharap agar pemerintah Aceh Selatan segera menindaklanjuti hal tersebut, mengingat program prioritas pemerintah Aceh Selatan dan juga nasional adalah peningkatan di sektor pertanian yang diadopsi dalam program kabupaten Aceh Selatan Makmue Meutani.

Sumber : liputanrakyat.com
Share on Google Plus

About admin

0 komentar: