Berwudhu, Hindari 11 Kesalahan Ini

Kluet Raya News - WUDHU memang bukanlah suatu perkara yang wajib. Tapi, jika akan shalat, jika tidak berwudhu maka tidaklah sah. Oleh sebab itulah, wudhu ketika akan shalat menjadi wajib. Dan kita tak bisa meninggalkan kewajiban yang satu ini. Sangat penting bagi kita melaksanakannya dengan baik.

Sebagaimana ibadah yang lain, wudhu pun wajib untuk mengikuti tuntunan dari Al-Quran dan hadis-hadis Nabi ﷺ dalam mengerjakannya. Karena Al-Quran dan hadis adalah sumber landasan hukum dalam Islam, serta acuan dalam mengerjakan ibadah. Maka tidak boleh kita melakukan ibadah hanya dengan dasar pendapat seseorang, opini seseorang atau logika semata. Lebih lagi jika tidak memiliki dasar sama sekali alias asal-asalan.

Oleh karena itu, pembahasan kali ini akan memaparkan secara ringkas beberapa amalan dan keyakinan yang salah seputar wudhu, karena amalan dan keyakinan tersebut tidak dilandasi oleh Al-Quran dan hadis yang shahih. Apa sajakah itu? Beberapa amalan dan keyakinan tersebut adalah:

1. Melafalkan Niat Wudhu

Sebagian orang melafalkan niat wudhu semisal dengan mengucapkan, “Nawaitul wudhu’a liraf’il hadatsil asghari lillahi ta’ala,” (saya berniat wudhu untuk mengangkat hadats kecil karena Allah Ta’ala) atau semacamnya. Padahal Nabi ﷺ tidak pernah mencontohkan melafalkan niat sebelum wudhu, dan niat itu adalah amalan hati. Mengeraskan bacaan niat tidaklah wajib dan tidak pula sunnah dengan kesepakatan seluruh ulama.

Imam Ibnu Abil Izz Al-Hanafi mengatakan, “Tidak ada seorang imam pun, baik itu Asy Syafi’i atau selain beliau, yang mensyaratkan pelafalan niat. Niat itu tempatnya di hati berdasarkan kesepakatan mereka (para imam),” (Al Ittiba’ hal. 62, dinukil dari Al Qaulul Mubin Fii Akhta-il Mushallin, hal. 91).

Sekali lagi niat itu amalan hati dan itu mudah, tidak perlu dipersulit. Dengan adanya itikad dan kemauan dalam hati untuk melakukan wudhu untuk melakukan shalat atau yang lainnya, maka itu sudah niat yang sah.

2. Tidak Mengucapkan Basmalah

Para ulama berbeda pendapat apakah basmalah atau mengucapkan “bismillah” hukumnya wajib ataukah sunnah. Sebagian ulama mewajibkan dengan dalil hadis, “Tidak ada shalat bagi yang tidak berwudhu, dan tidak ada wudhu bagi yang tidak menyebut nama Allah Ta’ala,” (HR. Ahmad dan Abu Daud, dihasankan oleh Al Albani dalam Irwaul Ghalil).

Namun jumhur ulama berpendapat hukumnya sunnah karena beberapa hal:

a. Membaca basmalah tidak disebutkan bersamaan dengan hal-hal wajib lainnya dalam surat Al Maidah ayat 6.

b. Keumuman hadis-hadis yang menjelaskan mengenai cara wudhu Nabi, tidak menyebutkan mengucapkan basmalah (lihat Asy Syarhul Mumthi’, 1/159).

c. Makna “Tidak ada wudhu bagi yang tidak menyebut nama Allah Ta’ala,” adalah penafian kesempurnaan wudhu (lihat Asy Syarhul Mumthi’, 1/158 – 159).

Namun demikian, baik beranggapan hukumnya sunnah ataupun wajib, meninggalkannya dengan sengaja adalah sebuah kesalahan.

3. Melafalkan Doa untuk Setiap Gerakan

Sebagian orang menganggap ada doa khusus yang dibaca pada setiap gerakan wudhu. Yang benar, doa-doa tersebut tidak pernah diajarkan oleh Nabi ﷺ, dan hanya berasal dari hadis-hadis yang palsu. Ibnul Qayyim dalam kitab Zaadul Ma’ad (1/195) mengatakan, “Semua hadis tentang dzikir-dzikir yang dibaca pada setiap gerakan wudhu adalah kedustaan yang dibuat-buat, tidak pernah dikatakan oleh Nabi ﷺ sedikit pun dan tidak pernah beliau ajarkan kepada umatnya.”

4. Memisahkan Cidukan Air untuk Berkumur dan Istinsyaq-Istintsar

Jika dalam berwudhu Anda berkumur-kumur tiga kali, kemudian setelah itu baru beristinsyaq (memasukan air ke hidung) dan istintsar (mengeluarkan air dari hidung) dengan cidukan air yang berbeda, maka ini tidak sesuai dengan praktek Nabi ﷺ. Yang beliau contohkan adalah berkumur-kumur, istinsyaq, dan istintsar itu dengan satu cidukan kemudian ulang sebanyak 3x. Sehingga untuk berkumur-kumur, istinsyaq, dan istintsar hanya melakukan 3 cidukan.

Dari Abdullah bin Zaid Radhiallahu ‘Anhu beliau menceritakan cara wudhu Nabi, “Rasulullah menciduk air dengan kedua telapak tangannya dari bejana kemudian mencuci keduanya, kemudian mencuci (yaitu berkumur-kumur dan beristinsyaq) dari satu cidukan telapak tangan, beliau melakukannya 3x …” (HR. Bukhari 191).

5. Tidak Mencuci Lengan Hingga Siku

Padahal Allah Ta’ala berfirman mengenai rukun wudhu, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan basuhlah kepalamu dan kakimu sampai dengan kedua mata kaki,” (QS. Al Maidah: 6). 

6. Tidak Membasuh Seluruh kepala

MEMBASUH sebagian kepala semisal hanya membasuh bagian depannya saja, adalah sebuah kesalahan. Padahal dalam surat Al Maidah ayat 6 di atas disebutkan “.. dan basuhlah kepalamu..”. “Kepala” di sini maknanya tentu seluruh kepala, bukan sebagiannya saja. Diperkuat lagi oleh hadis lain dari Abdullah bin Zaid Radhiallahu ‘Anhu mengenai tata cara membasuh kepala dalam wudhu, “… kemudian Rasulullah membasuh kepalanya dengan kedua tangannya. Beliau menggerakan kedua tangannya ke belakang dan ke depan. Di mulai dari bagian depan kepalanya hingga ke tengkuknya, lalu beliau gerakkan kembali ke tempat ia mulai…” (HR. Bukhari 185, Muslim 235).

7. Membasuh Leher Setelah Membasuh Kepala

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Tidak shahih hadis yang menyatakan Nabi ﷺ membasuh leher dalam wudhu, bahkan tidak diriwayatkan dalam hadis shahih satu pun. Bahkan hadis-hadis shahih mengenai tata cara wudhu Nabi ﷺ tidak menyebutkan mengenai membasuh leher,” (Majmu’ Fatawa 21/127-128, dinukil dari Mausu’ah Fiqhiyyah Muyassarah, 1/142).

8. Mengulang Mencuci Kaki, Sehingga Lebih dari Sekali

Sebagian orang mencuci kaki kanan, lalu kaki kiri, lalu kembali ke kanan lagi, sampai 3x. Hal ini tidak sesuai dengan tuntunan Nabi ﷺ. Syaikh Husain Al ‘Awaisyah dalam Mausu’ah Fiqhiyyah Muyassarah (1/143) mengatakan, “(Yang sesuai sunnah adalah) mencuci kedua kaki tanpa berulang, berdasarkan hadis Yazid bin Abi Malik yang di dalamnya disebutkan, “Rasulullah berwudhu tiga kali–tiga kali, sedangkan beliau ketika mencuci kakinya tanpa berulang (cukup sekali),” (HR. Abu Daud 116, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud). Maka yang tepat adalah mencuci kaki kanan sekali, lalu kaki kiri sekali.

9. Kurang Sempurna Mencuci Kaki, dan Juga Anggota Wudhu yang Lain

Terkadang karena kurang serius dalam berwudhu atau karena terburu-buru, seseorang tidak sempurna dalam mencuci kedua kakinya. Karena Nabi ﷺ pernah melihat sebagian sahabat yang ketika berwudhu tidak menyempurnakan mencuci kakinya, beliau memperingatkan mereka dengan keras dengan bersabda, “Celaka tumit-tumit (yang tidak tersentuh air wudhu) di neraka,” (HR. Bukhari 60, 165, Muslim 240). Tidak hanya kaki, pada anggota wudhu yang lain juga wajib isbagh (serius dan sempurna) dalam membasuh dan mencuci sehingga air mengenai anggota wudhu dengan sempurna.

10. Membiarkan Ada Penghalang di Kulit

Dalam wudhu, ulama 4 madzhab mensyaratkan tidak adanya benda yang dapat menghalangi air mengenai kulit (Lihat Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, 43/330). Membiarkan adanya benda yang dapat menghalangi sampainya air ke kulit adalah sebuah kesalahan dan bisa menyebabkan wudhunya tidak sah.

Dikecualikan jika volumenya sangat kecil dan sedikit seperti kotoran yang ada di kuku, maka ini tidak mengapa. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Jika kulit terhalang air oleh sesuatu yang yasiir (sedikit) seperti kotoran di kuku atau semisalnya, thaharah tetap sah,” (Fatawa Al Kubra, 5/303).

Juga jika benda tersebut tidak memiliki volume atau sulit dihilangkan, maka tidak mengapa. Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts wal Ifta‘ menyatakan, “Jika benda yang menghalangi tersebut tidak bervolume, maka tidak mengapa. Henna dan semacamnya, atau minyak yang dioleskan atau semacamnya, ini tidak mengapa. Adapun jika ia memiliki volume, dalam artian ia tebal dan bisa dihilangkan, maka wajib dihilangkan. Seperti cat kuku, ia memiliki volume, maka wajib dihilangkan. Adapun sekadar polesan tipis, maka itu tidak menghalangi air,” (Fatwa Nuurun ‘alad Darbi, no. 161, juz 5 hal. 246).

11. Boros dalam Menggunakan Air

Berlebih-lebih dan boros adalah hal yang tercela dalam Islam. Allah Ta’ala berfirman, “Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan,” (QS. Al A’raf: 31). Demikian juga dalam berwudhu, tidak boleh berlebih-lebihan dalam menggunakan air. Air adalah nikmat dari Allah yang wajib kita syukuri, dan salah satu cara mensyukuri nikmat air adalah dengan tidak menyia-nyiakannya. Dan banyak di antara saudara kita di tempat yang lain yang tidak bisa menikmat air yang melimpah.

Rasulullah ﷺ sendiri mencontohkan hal ini. Beliau biasa berwudhu hanya dengan 1 mud saja. Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu menyatakan, “Rasulullah ﷺ biasanya berwudhu dengan 1 mud air dan mandi dengan 1 sha’ sampai 5 mud air,” (HR. Bukhari 201, Muslim 326).

Sedangkan konversi 1 mud para ulama berbeda pendapat antara 0,6 sampai 1 liter. Sungguh hemat sekali bukan? Boleh saja berwudhu dengan air keran dan lebih dari 1 mud selama tidak berlebih-lebihan dan tetap berusaha untuk menghemat.

Itulah sebelas hal yang bisa dikatakan sebagai kesalahan dalam berwudhu. Kini kita sudah mengetahuinya bukan? Yuk perbaiki wudhu, agar mendekati kesempurnaan dalam meraih ridho Allah dapat kita capai. Wallahu a’lam.

HABIS

Dikutip dari: muslim.or.id yang bersumber dari Asy Syarhul Mumthi ‘ala Zaadil Mustaqni’, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin/ Al Qaulul Mubin fii Akhta’il Mushallin, Syaikh Musthafa Al ‘Adawi/ Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Muyassarah, Syaikh Husain Al ‘Awaisyah/ Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, Departemen Agama Kuwait/ Fatawa Nuurun ‘alad Darbi.

Sumber : islampos.com

Share on Google Plus

About admin

0 komentar: