Kluetrayanews.com, Masih ingat cerita bocah bernama Omran yang duduk termenung di dalam sebuah ambulans setelah rumahnya hancur dihantam serangan udara di Kota Aleppo, Suriah? Agustus laluberita Omran menjadi perhatian dunia atas gambaran betapa parahnya situasi konflik Suriah, khususnya di Aleppo.
Omran pada saat itu diselamatkan oleh relawan Helm Putih. Organisasi Helm Putih (the White Helmets) didirikan untuk menolong para korban sipil yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan di Suriah akibat serangan udara militer Rusia dan rezim pemerintah. Organisasi kemanusiaan ini menjadi sumber favorit dari media-media Barat yang ingin melaporkan pengeboman militer Suriah dan Rusia di Kota Aleppo.
Dalam setahun belakangan Helm Putih dianggap sebagai pahlawan kemanusiaan dan bahkan dinominasikan mendapat hadiah Nobel Perdamaian tahun ini. Para jurnalis media Barat tak pernah mempertanyakan kredibilitas sumber mereka ini dalam meliput konflik Suriah, seperti dilansir Alternet.org, Senin (28/11).
white helmets huffington Post
Helm Putih adalah organisasi non-politik yang didanai oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat dan Inggris. Kelompok relawan ini hanya beroperasi di Aleppo di wilayah dikuasai pemberontak yang berafiliasi dengan Al Qaidah dan kelompok ekstremis lainnya. Wilayah itu selama ini tidak mampu dijangkau oleh para jurnalis media asing. Dengan fakta itu operasi Helm Putih sepenuhnya berada di bawah mereka yang menguasai daerah di sebelah timur Aleppo. Media Barat bergantung pada Helm Putih atas informasi yang mereka sampaikan meski dengan risiko besar telah dimanipulasi alias bohong.
Sudah bukan rahasia lagi AS dan sekutunya seperti Arab Saudi, Qatar, Yordania, mendukung pemberontak untuk menjatuhkan rezim Basyar al-Assad yang disokong Rusia dan Iran.
Baca juga :
Terungkapnya Kebohongan Media Barat dalam Konflik Suriah
Peristiwa yang menjadi bukti Helm Putih terlibat secara politik dalam peliputan media asing adalah saat penyerangan terhadap konvoi bantuan kemanusiaan Bulan Sabit Merah di wilayah pemberontak Umur al-Kubra pada 19 September, sepekan setelah kesepakatan gencatan senjata antara Rusia, Amerika dan pemerintah Suriah gagal dilanjutkan lantaran serangan udara militer AS terhadap pasukan Suriah yang tengah bertempur melawan ISIS di Deir Ezzor dua hari sebelumnya.
Pemerintahan Obama menganggap serangan itu dilakukan oleh Rusia atau jet tempur Suriah. Seorang pejabat AS mengatakan kepada koran the New York Times, 'kemungkinan besar' ada pesawat tempur Rusia di dekat wilayah itu sebelum terjadi serangan. Namun pemerintah AS tidak memiliki bukti apa pun buat mendukung tudingannya. Beberapa hari setelah kejadian itu media Barat ramai-ramai mengutip informasi dari Helm Putih. Kepala organisasi Helm Putih Ammar Al-Selmo memberikan kesaksiannya soal penyerangan itu. Dia mengatakan serangan itu dilakukan oleh helikopter Rusia.
Namun belakangan, kesaksian Selmo itu diragukan kebenarannya. Tapi nyatanya tetap saja para jurnalis media Barat tanpa keraguan sedikit pun mengutip pernyataannya tentang apa yang terjadi di Aleppo.
Kepada media Barat seperti majalah Time dan koran the Washington Post, Selmo memberikan kesaksian yang berbeda atas peristiwa itu, dari mulai di mana dia berada pada saat kejadian, bagaimana serangan itu terjadi hingga pukul berapa kejadiannya.
Helm Putih menjadi alat propaganda Amerika untuk membuat dunia menganggap Rusia dan militer Suriah selama ini sebagai pelaku penyerangan terhadap warga sipil.
Selain Helm Putih kini ada lagi bocah perempuan Suriah bernama Bana yang memiliki akun Twitter @AlabedBana.
Kisah tentang Bana dimulai sejak September lalu ketika bocah tujuh tahun itu mulai menulis di Twitter tentang situasi di sebelah timur Kota Aleppo, tempat dia tinggal. Dari kicauan-kicauannya orang bisa menganggap betapa kejamnya militer Rusia dan pasukan Suriah membombardir Aleppo.
Namun jika ditelusuri, apa yang ditulis Bana itu diragukan kebenarannya.
Bana dikatakan tinggal bersama kedua orang tua dan dua kakak laki-lakinya. Ibunya, Fatimah, seorang guru dan ayahnya Ghassan bekerja di dinas hukum dewan kota di wilayah yang dikuasai pemberontak. Fatimah juga sering menulis di akun Twitter Bana.
Bana rajin menulis di Twitter tentang pengeboman di Aleppo yang dilakukan militer Rusia dan Suriah. Dalam kicauannya yang berbahasa Inggris, Bana kerap menulis tentang serangan bom, meminta doa, dan kedamaian di Aleppo. Fatimah juga meminta Vladimir Putin dan Assad diseret ke pengadilan atas kejahatan perang.
"Ribuan pasukan Assad menyerang Aleppo timur untuk membantai kami. Wahai dunia, tolonglah kami-Fatimah."
"Orang-orang mati seperti lalat. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Serangan bom ini seperti hujan," kata Bana dalam Twitternya 24 September lalu.
Kelancarannya menulis dalam bahasa Inggris dengan mengungkapkan ekspresi tertentu membuat orang akan mengira bocah tujuh tahun itu sungguh mahir dan jenius berbahasa. Namun dalam sebuah video yang diunggahnya terlihat Bana bukan bocah yang mahir bahasa Inggris atau jenius.
Tidak diragukan lagi, Bana dan juga Helm Putih adalah bagian dari propaganda busuk Amerika untuk membuat dunia menganggap Rusia dan rezim Suriah adalah penjahat perang. Padahal, dunia seharusnya tahu siapa penjahat yang sebenarnya.
Sumber : merdeka.com
0 komentar:
Post a Comment